KESALAHAN DALAM
BENDIDIK ANAK
Alhamdulillahhi
Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang telah diberikan
kepada kita. Kita memujinya karma limpahan karunia yang telah kita terima yang
mana jika kita hendak menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah niscaya kita
tidak akan sangup karena apa bila lautan dijadikan tinta dan ranting-ranting
pohon dijadikan pena dan ditambah sebanyak itu pula niscaya tidak akan cukup
untuk menuliskan nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Kita memujinya karena
nikmat iman yang diberikan-Nya kepada kita karena barang siapa yang diberi-Nya
petunjuk niscaya tidak ada seorang pun yang akan menyesatkannya dan barang
siapa yang disesatkan-Nya tidak ada seorangpun yang akan memberinya petunjuk.
Shalawat
serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad
shalaullahu alaihi wa salam, keluarganya, para sahabatnya dan juga orang2 yang
senantiasa meneruskan dakwah beliau.
Ikhwan
fillah rahimakumullah
Setiap
pekerjaan/profesi yang akan kita jalani itu semua butuh ilmu bahkan ada
sekolahnya. Seseorang jika ingin menjadi pilot tentunya ia akan menempuh
pindidikan sebagai pilot dan baru bisa menerbangkan pesawat jika ia telah
dinyatakan lulus dari akademi. Jika ia tidak lulus akademi tentunya ia dilarang
keras menerbangkan pesawat.
Tapi
bagaimana kalau kita ingin menjadi orang tua? Apa ada sekolah untuk menjadi
orang tua? Sepengetahuan saya tidak ada sekolah orang tua. Mereka kebanyakan
menjadi orang tua modal nekat. Tanpa ilmu, atau dengaan sedikit ilmu dari orang
tua mereka mendidik anak sebagai mana mereka dahulu dididik. Dan pada
kenyataanya ada banyak sekali permasalahan pendidikan anak yang mereka hadapi
yang tidak sanggup mereka pecahkan. Dan tidak sedikit kesalaha yang dilakukan
para orang tua dalam mendidik putra-putri mereka. Berikut ini akan saya
sampaikan beberapa kesalahan tersebut.
KESALAHAN PETAMA
Sedikitnya pelajaran agama
yang diajarkan kepada anak
Tentunya
kita tahu seberapa banya waktu anak belajar agama di sekolah umum yakni hanya 2
jam pelajaran atau kurang lebih 90 menit dalam satu minggu. Bagaimana jadinya
kehidupan ini akan menjadi baik tanpa memiliki dasar agama yang baik. Dalam
konsep pendidikan nabi Muhammad lebih mengedepankan akidah. Inilah pelajaran
pertama yang harus kita ajarkan kepada anak kita. Allah berfirman
“
dan sesengguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap tiap umat untuk menyerukan
sembahlah Allah saja dan jauhilah Thagut…(QS. An Nahl(16): 36)
KESALAHAN KEDUA
Banyak mengucapkan kata
kata negative
Ustadz
Wawan pernar mengatakan bahwasannya anak-anak mendengar sekitar 1000 kata
negative dan hanya sekitar 150 kata kata positive dalam sehari. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Masaru Emoto menunjukan bahwa kata kata
itu berpengaruh terhadap air.
Masaru
Emoto adalah orang ilmuan luar biasa yang telah berhasil menemukan bahwa
sesungguhnya Air dapat bereaksi terhadap ucapan dan tulisan sesuai dengan isi
ucapan atau tulisannya.
Melalui
lensa mikroskop khusus yang diciptakannya, kita bisa melihat bahwa apa bila
kita mengucapkan sesuatu atau menuliskan sesuatu di dekat air maka melalui
lensa itu dapat dilihat air tersebut berubah, membentuk gambar sesuai dengan
kata atau tulisan yang kita buat. Dan yang menarik adalah hasilnya tetap sama
meskipun diucapkan dalam berbagai bahasa.
Apa
bila kita mengucapkan terima kasih atau syukur maka air tersebut akan berubah
membentuk kristal-kristal kecil yang demikian indahnya seindah kristal yang
terbuat dari berlian; sementara apa bila kita ucapkan kata-kata negatif seperti
“kamu bodoh!” maka air tersebut dibawah lensa mikroskop akan berubah membentuk
gambar yang buruk dan tak beraturan.
Luar
Biasa...! Sungguh suatu usaha keras yang tidak sia-sia, meskipun Masaru Emoto
memerlukan waktu lebih dari 20 tahun untuk menemukannya. Dan.berkat hasil
temuannya ini kini Masaru Emoto telah di undang untuk berbicara ke berbagai
negara didunia.
Smart
Listner...Ada
sesuatu yang penting yang perlu diketahui oleh kita para orang tua tentang
fakta-fakta yang berhasil ditemukan oleh Masaru Emoto berhubungan dengan kodrat
kita dan anak-anak kita melalui air ini, mari kita simak pemaparannya.
Sesungguhnya
apa yang saya temukan itu adalah sebuah keajaiban; sepertinya melalui air Tuhan
ingin mengirimkan pesan-pesan tersembunyi kepada kita seluruh manusia.
Bayangkan
bahwa kita telah mendapatkan bukti secara ilmiah bahwa air bisa merespon
hal-hal yang positif ataupun negatif yang diterimanya; baik melalui kata-kata,
tulisan, perlakuan dan pikiran. Jadi jelas-jelas bahwa semua itu; baik ucapan,
tulisan, perlakuan dan pikiran akan direspon langsung oleh tubuh kita dan tubuh
setiap orang yang menerimanya..
Saya
juga telah menemukan fakta bahwa rata-rata 70% tubuh manusia terdiri atas air.
Mari
kita lihat lebih dalam lagi; Ketika kita mulai hidup sebagai Janin, 99%nya
adalah air, dan pada saat dilahirkan kira-kira 90% dari tubuh kita adalah air,
ketika kita mencapai usia dewasa kira-kira 70% dari tubuh kita terdiri dari air
sampai menjelang ajal kemungkinan kita masih memiliki 50% kandungan air dalam
tubuh. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kita adalah mahluk yang sebagian besar
terbuat dari air.
Ketika
yang melihat kenyataan ini dan mengaitkan dengan hasil temuan saya; maka saya
mulai melihat kaitan dan bukti ilmiah; mengenai bagaimana prilaku seseorang itu
bisa terbangun. Dan kini mulai terkuak sudah awal sebuah jawaban dari
pertanyaan, mengapa dunia ini memiliki lebih sedikit orang-orang yang berwatak
dan berprilaku positif..?, dan semoga temuan saya ini akan bisa membuka pintu
hati banyak orang diseluruh dunia.
Smart
Listner... sungguh sebuah pemaparan yang luar biasa...., Secara implisit Masaru
Emoto ingin mengajak kita untuk mengevaluasi diri apakah selama ini kita lebih
banyak mengucapkan dan memikirkan sesuatu yang positif atau sebaliknya, karena
pada akhirnya secara kolektif itu akan sangat menentukan komposisi prilaku umat
manusia didunia ini.
Secara
spesifik; Masaru Emoto juga mengingatkan kepada kita; bahwa berdasarkan
komposisi tubuh; pada usia dini, manusia jauh lebih banyak memiliki kandungan
air bahkan hingga mencapai 90%. Itu berarti respon anak-anak terhadap ucapan,
pikiran dan tindakan negatif yang diterimanya jauh lebih besar mempengaruhi
dirinya dalam membangun konsep diri yang positif.
Jadi
apabila kita menginginkan anak-anak kita kelak tumbuh menjadi baik dan bahagia,
maka selalu penuhilah kehidupannya dengan kasih sayang, cinta dan rasa syukur;
karena kristal-kristal air yang paling indah dan sempurna, muncul dari air yang
di beri ucapan Sayang, Cinta dan Syukur...... Begitulah pesan yang sangat dalam
dan menyentuh dari Masaru Emoto untuk kita para orang tua diseluruh dunia.
Para orang tua yang berbahagia...
Mari
kita hentikan segala ucapan dan pikiran negatif pada anak-anak kita, dan mulai
hari ini, mari kita didik dan kita besarkan anak-anak kita dengan segenap cinta
kasih dan rasa syukur atas segala kelebihan dan kekurangannya.
KESALAHAN KETIGA
Memberikan pelajaran yang tidak dibtuhkan anak
POTRET PENDIDIKAN AMERIKA SERIKAT YANG DIILUSTRASIKAN OLEH
THOMAS AMSTRONG Phd. PADA DEKADE 90-AN
Syahdan
di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para
binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh
seorang manusia.
Karena
sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus
mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.
Kurikulum
tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap
siswa harus berhasil pada lima
mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.
Adapun
kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat,
Berlari dan Menyelam
Mengingat
bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang
berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga
berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk
bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak
Proses
belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat
unggul dalam mata pelajaran tertentu;
Elang
sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada
diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik,
meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.
Tupai
sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan
sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga
mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.
Sementara
bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan
gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam
hutan tersebut.
Rusa
adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak
tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan
sangat indah untuk dilihat.
Lain
lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang
khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang
kolam.
Begitulah
pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata
pelajaran tertentu.
Namun
ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8
di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.
Inilah
awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang
satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan
bahkan tidak disukainya.
Burung
elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran
berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia
gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat
pelajaran menyelam.
Tupaipun
demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang.
Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar
disana-sini.
Lain
lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering
ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir
putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan
berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai
rontok satu demi satu.
Demikian
juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah
untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga
malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.
Yang
lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata
pelajaran yang tidak dikuasainya; perlahan-lahan Elang mulai kehilangan
kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak
dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya
robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi
menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan
lainnya. Dan yang paling malang
adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya
sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.
Akhirnya
tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan
adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari
sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal,
ya.... kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah
tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan
karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..
Tidakkah
kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak
jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum
sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan
melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem
persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil
dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.
Akankah
nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada
disekolah tersebut?
Bila
kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh
lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan
betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari
kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang
bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama
bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Betapa para lulusan
sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan
keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap
siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul
mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya. Atau
bahkan untuk sekedar membuat CV yang bagus saja tidak banyak lulusan perguruan
tinggi yang mampu melakukannya.
Begitupun
setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang
tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang
merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya. Belum lagi kita bicara tentang carut
marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar
melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang
semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan
siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga, malah
belakangan ini yang tawuran adalah mahasiswa para calon guru. Mau jadi apa anak-anak
muridnya kelak.
KESALAHAN KEEMPAT
Terlalu dini mengajarkan
membaca pada anak
Tujuan
apa yang mendasari kita mengajari anak membaca. apakah kita ingin anak kita
bisa membaca atau kita ingin anak kita menjadi gemar membaca..? Pertanyaan ini
sangat penting, karena jelas sekali bedanya anak yang bisa membaca dengan anak
yang suka/gemar membaca.
Kalau
tujuan kita hanya agar anak kita bisa membaca, dan biasanya dengan salah satu
tujuan lainya adalah untuk di pamerkan pada saudara, kerabat atau tetangga,
sungguh ini sayang sekali dan tidak akan memberikan manfaat maksimal bagi anak
kita.
Namun
kalau tujuan kita adalah agar anak kita suka/gemar membaca maka mungkin jauh
lebih bermanfaat bagi mereka kelak. Tapi sayangnya mengajarkan anak membaca
diusia yang terlalu dini justru tidak membuat anak menjadi gemar membaca.
Hasil
penelitian menjukkan bukti bahwa anak-anak yang diajari baca setelah usia 7-8
tahun justru membaca buku dan menulis jauh lebih banyak daripada anak yang di
ajari baca sejak usia 5 tahun.
Kemudian
hasil lain adalah bahwa kemampuan baca anak yang di ajari baca sejak usia 5
tahun dengan anak yang di ajari baca di usia 7-8 tahun akan sama kemampuannya
pada saat mereka sama-sama berusia 10 tahun. Namun Minat baca anak yang diajari
sejak usia lima
tahun jauh lebih rendah dibanding anak yang diajari baca di usia 7-8 tahun.
Mengapa
hal ini bisa terjadi...? Mari kita simak bersama penjelasannya.....
Otak
anak pada usia dini itu bertumbuh sangat pesat, jika kita mengembangkan
kemampuan kreatif mereka maka syaraf-syaraf kreatifnyslsh yang akan berkembang
sangat pesat. Hal ini di tandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari seorang
anak. Namun jika tidak maka rasa ingin tahu atau syaraf-syaraf kreatifnya
melemah, sehingga minat/rasa ingintahu anak pada berbagai hal juga melemah.
Oleh
karena itu berdasarkan penelitian. Di ketahui bahwa jauh lebih penting
mengajarkan anak kreatifitas sehingga syaraf-syaraf kreatifnya bertumbuh
sempurna; syaraf kreatif yang tumbuh dgn sempurna ini akan akan membuat anak memiliki
rasa ingin tahu yang besar akan berbagai hal, lalu setelah itu baru kemudian
anak diajari bagaimana memenuhi rasa ingin tahunya tersebut melalu kemampuan
membaca. Sehingga setelah dia bisa membaca maka dia akan gunakan kemampuan
bacanya tersebut untuk mengeksplorasi segala informasi dari berbagai bahan
bacaan untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut. Begitulah penjelasan Kathy H
Passeks, dalam bukunya yang berjudul Even Einstein did not learn a
flash Card. atau Einstein ternyata tidak pernah belajar Flash Card.
Dari
penjelasan tersebut ternyat di ketahui bahwa mengajari anak membaca di usaia
dini justru kontra produktif terhadap pertumbuhan syaraf-syaraf kreatif yang
dimilikinya. Sehingga pada saat anak sudah bisa membaca, dia tidak tahu untuk
apa kemampuan itu dia gunakan, karena rasa ingin tahunya akan sesuatu tidak
ada.
Oleh
karena itu jika kita perhatikan pendidikan-pendidikan usia dini yang ada di
negara-negara maju pada umumnya sebagian besar aktifitasnya di fokuskan untuk
membangkitkan kreatifitas anak melalui berbagai macam permainan dan diskusi;
mereka baru diperkenakan baca tulis hitung diusia kira-kira 7 atau 8 tahun.
Ikhwan
fillah rahimakumullah
Coba
perhatikan berapa banyak buku yang sudah kita baca dalam setahun...? apakah
menurut anda minat membaca kita saat ini cukup besar...? Jika tidak, mungkin
bisa jadi karena kita dulu sejak kecil sudah difokuskan untuk bisa membaca dan
bukannya mengembangkan kreatifitas dan rasa ingin tahu kita.
Akan
tetapi sekali lagi segalanya terpulang kembali pada masing-masing orang tua.
Apakah kita ingin anak kita cepat bisa membaca saja atau kita ingin anak kita
menjadi anak yang gemar membaca...
KESALAHAN KELIMA
Banyak mengancam
“
Adik jangan naik ke atas meja! Nati jatuh dan tidak ada yang mau menolong!”
“jangan
ganggu adik, nanti papa/mama marah!”
Dari
sisi anak pernyataan yang bersifat melarang atau perintah dan dilakukan dengan
cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita kita
menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah merupakan ancaman. Terlebih
ada tambahan kata “… nanti papa/mama marah.”
Seorang
anak adalah makhluk yang paling pandaidalam mempelajari pola orangtuanya; dia
tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya memdidik, tapi dapat membelokan
atau malah mengendalikan pola orang tuanyahal ini terjadi bila kita sering
menggunakan ancaman dengan kata kata, namun setelah itu tidak ada tindak
lanjut; atau kita sudah lupa terhadap ancaman yang pernah kita ucapkan.
Apa
yang sebaiknya kita lakukan?
Kita
tidak perlu berteriak teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh
tubuh dan perhatian kita padanya. Tatap matanya dengan lembut, namun
perlihatkan ekspresi kita tidak senang akan tindakannya. Sikap itu juga di
tegaskan dengan kata kata,” sayang papa/mama mohon kamu mau meminjamkan mainan
ini pada adikmu. Papa/mama akan makin sayang sama kamu jika kamu mau
meminjamkan mainan ini pada adikmu.” Tidak perlu berteriak teriak atau
mengancam. Atau bisa juga kita menyatakan pernyataan yang menjelaskan suatu
konsekuensi, missal “ sayang bila kamu tidak mau meminjamkam mainan ini pada
adikmu maka, papa/mama akan menyimpan mainan ini dan kamu berdua tidak bisa
bermain. Mainan akan papa/mama keluarkan jika kamu mau meminjamkan mainan itu
pada adikmu.” Tepati pernyataan kita dengan tindakan yang nyata.
KESALAHAN KEENAM
Keteladanan yang
kontradiktif
Sesungguhnya
kedua orang tua adalah orang pertama yang mempengaruhi hidup
seorang anak bahkan yang memberinya pola karakter dan kebiasaannya.
Seperti ugkapan seorang pujangga arab :
Remaja
di kalangan kami akan tumbuh berkembang selaras dengan kebiasaan yang
ditanamkan orang tuanya.
Seorang
pemuda tidak dapat berpegang pada agama berdasarkan nalarnya, namun dengan
pendidikan beragama, maka dekatkan ia padanya.
Kalau
kedua orang tua memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki catatan kehidupan
yang bagus, maka anak anak akan dapat mengadopsi sebagian sifat sifat
positif itu dari mereka. Kalau terjadi kontradiksi, misalnya orang tua
memerintahkan sesuatu tetapi ia(orang tua) melakukan kebalikannya. Missal
mereka melarang anaknya merokok namun mereka merokok didepan anaknya. Dan banya
kejadian dimana apa yang dia pelajari disekolah ternyata di rumah orang tuanya
berbuat kebalikan dari yang ia pelajari di sekolah. Misal di sekolah ia di
ajari bahwasannya makan itu mengunkan tangan kanan namun dirumah ayahnya makan
mengunakan tangan kiri.
KESALAHAN KETUJUH
Raja yang tak pernah salah
Suatu
anak kita masih kecil dan baru belajar berjalan, tidak jarang mereka menabrak
meja atau kursi. Lalu mereka menangis. Umumnya kita akan memukul kursi atau
meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan “siapa yang nakal ya?
Ini sudah ayah pukul mejanya sudah cup cup…diem ya … akhirna si anak pun
terdiam .
Ketika
proses terhadap benda benda yang mereka tabrak, sebenarnya kita telah
mengajarkan anak kita bahwa ia tidak pernah salah. Yang salah orang lain/benda
lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya setiap ia
mengalam suatu peristiwa dan terjadi sesuatu kekeliruan maka yang keliru atau
salah adalah orang lain dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut yang
pantas diberi peringatan, sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak
melakukan kesalahan. Dan inilah yang terjadi hari ini.
Lalu
apa yang harus kita lakukan ketika anak kita menabrak kursi atau meja tanpa
sengaja sehingga ia menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia
untuk bertanggung jawab apa yang terjadi; katakanlah padanya(sambil mengusap
bagian yang yang menurutnya sakit): “sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain
kali hati hati ya jalannya pelan pelan saja dulu ya supaya tidak terbentur
lagi.
KESALAHAN
KEDELAPAN
Tidak ada waktu untuk anak
Bobby
(nama samaran) adalah seorang Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta
terkemuka di Jakarta,
seperti biasa ia tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya
Bagas, putra pertamanya yang baru duduk di kelas satu SD yang membukakan pintu.
Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok,
belum tidur?" sapa Papanya., biasanya Bagas memang sudah lelap ketika
papanya pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Bagas menjawab, " Aku
nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?"
"Lho,
tumben, kok nanya gaji Papa segala? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah,
enggak. Pengen tahu aja."
"Oke.
Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar
Rp 400.000,-./hari. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi,
gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo?" Bagas berlari mengambil kertas
dan pensilnya dari meja belajar,sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan
televisi.
Ketika
Papanya beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Bagas berlari
mengikutinya.
"Kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu
jam
Papa digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, sekarang kamu sudah
pinter menghitunya ya.... Sudah sana,
sekarang cuci kaki, bobok," perintah Papanya.
Tetapi
Bagas tak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,
Bagas
kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudahlah,
nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa
capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah." "Tapi, Papa..." Kesabaran
Papanya habis sudah. "Papa bilang tidur! ya tidur !" hardiknya
mengejutkan Bagas.
Anak
kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai
mandi, Papanya nampak menyesali apa yang baru saja dilakukan pada anaknya. Ia
pun menengok Bagas di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Bagas
didapatinya sedang menangis terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,-
di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Papanya
berkata,
"Maafkan
Papa, ya Nak. Papa sayang sekali sama Bagas. Buat apa sih minta uang
malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan masih bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih
dari itu pun akan Papa kasih."
"Papa,
aku nggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah
menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini." "Iya,iya, tapi buat
apa?" tanya Bobby lembut.
"Aku
menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga
puluh
menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi,
aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi
karena
Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka dalam setengah
jam
aku harus membayar Papa Rp 20.000,-.
"Uang
tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Papa".
"Aku
hanya ingin sekali bermain bersama papa, setengah jam saja, dan nanti aku janji
dech akan bayar Rp.20.000,- untuk waktu papa yang terbuang bermain bersama
aku" Boleh ya Pa...?" katanya polos sambil memohon pada papanya.
Sang
Papa tiba-tiba terdiam tubuhnya tiba-tiba gemetar dan bibirnya seketika
terkunci rapat tidak mampu untuk mengeluarkan sepatah katapun.. Segera ia
berlutut lalu di dekapnya bocah kecil itu erat-erat, tak terasa airmatapun
menitik dari sudut matanya.
Malam
itu sepertinya ia mendapatkan pelajaran yang begitu berharga dari seorang bocah
kecil tercintanya akan apa arti cinta kasih yang sesungguhnya.
KESALAHAN KE
SEMBILAN
Menyerahkan pendidikan anak kepada tv.
Suatu
ketika ada sebuah Konferensi Pendidikan untuk Para orang tua dan guru yang
berlangsung di New York,
Hadir pada Konfrensi itu seorang Pembicara yang luar biasa dan paling penduli
akan pendidikan anak-anak disana. Pada pembukaan ceramahnya dia bertanya pada
para peserta; begini kira-kira; wahai para orang tua dan pendidik siapakah dari
anda semua yang marasa menjadi ibu kandung dari anak-anak anda....? hampir
seluruh peserta mengangkat tangannya. Lalu si pembicara itu bertanya lagi
setelah anak kita mulai bertambah usia siapakah menurut anda orang yang paling
banyak berpengaruh membentuk prilakunya...? kemudian forumpun mulai terlihat bingung,
tidak banyak yang mengangkat tangan; ada sebagian lagi yang terlihat ragu-ragu
dan lebih banyak yang memilih untuk diam.
Yah
begitulah nasib anak-anak kita saat ini; hampir bisa dipastikan ibu yang
mengandung anak kita adalah kita sendiri; tapi ibu yang telah mendidik anak
kita banyak sekali; dan tahukah anda siapakah ibu yang paling besar pengaruhnya
dalam mendidik moral anak kita, ibu yang paling konsisten, tidak pernah absen
dan selalu hadir tepat watktu; setia menemani hampir 24 jam sehari kapanpun
diminta...? Tiba-tiba semua peserta menjadi terdiam; ruangan besar yang
berisikan lebih dari 500 orang peserta itu tiba-tiba berubah menjadi sunyi
senyap.... Siapakah gerangan ibu itu pikir semua peserta..
Yah....kembali
dengan suara menggelegar si pembicara berucap dialah seorang ibu yang bernama
Televisi. Kita mungkin tidak bisa konsisten tapi program-program TV selalu
konsisten dan hadir tepat waktu, kita mungkin lupa mengkonfirmasikan pada anak
kita bahwa hari ini kita akan pulang terlambat, tapi TV tidak pernah lupa untuk
mengkonfirmasikan pada anak kita apa bila ada perubahan jam tayang. Kita
mungkin pergi sebelum matahari terbit dan tiba setelah matahari terbenam; dan
sulit sekali diminta wakktunya untuk menemani anak kita barang 5 menit saja; tapi
tidak dengan ibu kedua anak kita yang bernama televisi; dia dengan berbagai
macam acaranya selalu setia menemani anak kita; kapanpun diminta.
Jadi
janganlah kita kaget bila tiba-tiba prilaku anak kita berubah; kita juga jangan
kaget bila tiba-tiba muncul banyak pertanyaan-pertanyaan aneh dari anak kita;
dan kita mestinya tidak perlu marah mana kala tiba-tiba anak kita mulai melawan
dan berprilaku buruk; ya karena kita telah membiarkan setiap hari anak kita
dididik oleh ibu keduanya yang bernama televisi tadi.
Para orang tua yang berbahagia....., Sungguh pidato dari sang
pembicara ini begitu menggetarkan hati para peserta seisi ruangan; isi pidato
ini telah menyadarkan sebagian besar para pendidik dan orang tua yang hadir
pada saat itu, betapa selama ini kita telah melepaskan masa-masa emas
pembentukan moral anak kita pada orang lain, pada lingkungan dan pada ibu kedua
yang bernama Televisi.
Para
orang tua dan guru yang tercinta...., Pidato yang luar biasa ini ternyata telah
menginspirasi hampir 40% orang Amerika untuk mengganti Televisi mereka dirumah
dengan program-program yang lebih mendidik dan kreatif bagi perkembangan mental
anak-anak mereka. Bahkan ada sebagian dari mereka yang memutuskan untuk tidak
memiliki televisi dirumah...ya..... The Association of Parent with no TV at
Home.
Mari
kita resapi dan renungkan dalam-dalam isi pidato dan kisah ini; semoga hal ini
juga bisa mengispirasi para orang tua dan pendidik diseluruh tanah air tercinta
ini. Akankah masa-masa emas pembentukan moral anak-anak kita, akan kita biarkan
dirusak begitu saja oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab......!
KESALAHAN KESEPULUH
Egois dalam mengambil
keputusan
Tidak
diragukan lagi, bahwa seorang ayah adalah penganyom, tulang punggung yang juga
penanggung jawab dalam sebuah keluarga. Namun bukan berarti ia boleh secara
tunggal mengambil keputusan dengan merampas hak hak angota keluarga yang lain.
Cara ini dapat menimbulkan sikap otoriter di antara anak anaknya sehingga
yang dewasa akan bersikap otoriter terhadap adik adiknya sebagaimana mereka
juga di kekang oleh ayah mereka dalam berpendapat.
Konon
ada seorang pria yang mengajak keluarganya bepergian dengan mobil dalam sebuah
liburan. Mereka tidak tahu kemana mereka di bawa oleh ayahnya. Kalau ada yang
bertanya maka ayahnya akan menghukum mereka dengan mengajak mereka pulang ke
rumah. Dengan demikian mereka tidak menikmati rekreasi yang sudah lama mereka
tunggu tunggu. Sementara mereka tidak mengetahui jenis permainan dan hiburan
yang akan ditawarkan kepada mereka?
Bukankah
akan lebih baik kalau si ayah berdiskusi terlebih dahulu dengan anak
anaknya menyatukan pendapat kemana mereka akan pergi berlibur. Apa ruginya
coba? Tapi sanyangnya, kehendak nafsu justru senang mengekang dan memandulkan
keinginan orang lain dengan bersikap otoriter terhadap mereka.
Demikian
sedikit kesalahan kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Apabila ada salahnya
saya mohon maaf. Apa bila ada benarnya itu datangnya dari Allah.
Referensi:
Edy,
Ayah.Mengapa Anak Saya Suka Melawan.Jakarta.Grasindo
Edy,Ayah.Mendidik
Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho.Jakarta.Tangga Pustaka
Syadi,Dr.’Adil
dan Mazid,Dr. Ahmad.(2005). Seni Mencetak Anak Hebat.Riyadh.Mumtaza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar