Sabtu, 21 Juli 2012

10 KESALAHAN MENDIDIK ANAK

KESALAHAN DALAM BENDIDIK ANAK

 Alhamdulillahhi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang telah diberikan kepada kita. Kita memujinya karma limpahan karunia yang telah kita terima yang mana jika kita hendak menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah niscaya kita tidak akan sangup karena apa bila lautan dijadikan tinta dan ranting-ranting pohon dijadikan pena dan ditambah sebanyak itu pula niscaya tidak akan cukup untuk menuliskan nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Kita memujinya karena nikmat iman yang diberikan-Nya kepada kita karena barang siapa yang diberi-Nya petunjuk niscaya tidak ada seorang pun yang akan menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan-Nya tidak ada seorangpun yang akan memberinya petunjuk.

Shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad shalaullahu alaihi wa salam, keluarganya, para sahabatnya dan juga orang2 yang senantiasa meneruskan dakwah beliau.

Ikhwan fillah rahimakumullah

 Setiap pekerjaan/profesi yang akan kita jalani itu semua butuh ilmu bahkan ada sekolahnya. Seseorang jika ingin menjadi pilot tentunya ia akan menempuh pindidikan sebagai pilot dan baru bisa menerbangkan pesawat jika ia telah dinyatakan lulus dari akademi. Jika ia tidak lulus akademi tentunya ia dilarang keras menerbangkan pesawat.

Tapi bagaimana kalau kita ingin menjadi orang tua? Apa ada sekolah untuk menjadi orang tua? Sepengetahuan saya tidak ada sekolah orang tua. Mereka kebanyakan menjadi orang tua modal nekat. Tanpa ilmu, atau dengaan sedikit ilmu dari orang tua mereka mendidik anak sebagai mana mereka dahulu dididik. Dan pada kenyataanya ada banyak sekali permasalahan pendidikan anak yang mereka hadapi yang tidak sanggup mereka pecahkan. Dan tidak sedikit kesalaha yang dilakukan para orang tua dalam mendidik putra-putri mereka. Berikut ini akan saya sampaikan beberapa kesalahan tersebut.
  
KESALAHAN PETAMA
Sedikitnya pelajaran agama yang diajarkan kepada anak

Tentunya kita tahu seberapa banya waktu anak belajar agama di sekolah umum yakni hanya 2 jam pelajaran atau kurang lebih 90 menit dalam satu minggu. Bagaimana jadinya kehidupan ini akan menjadi baik tanpa memiliki dasar agama yang baik. Dalam konsep pendidikan nabi Muhammad lebih mengedepankan akidah. Inilah pelajaran pertama yang harus kita ajarkan kepada anak kita. Allah berfirman
“ dan sesengguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap tiap umat untuk menyerukan sembahlah Allah saja dan jauhilah Thagut…(QS. An Nahl(16): 36)

KESALAHAN KEDUA
Banyak mengucapkan kata kata negative

Ustadz Wawan pernar mengatakan bahwasannya anak-anak mendengar sekitar 1000 kata negative dan hanya sekitar 150 kata kata  positive dalam sehari. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Masaru Emoto menunjukan bahwa kata kata itu berpengaruh terhadap air.
 Masaru Emoto adalah orang ilmuan luar biasa yang telah berhasil menemukan bahwa sesungguhnya Air dapat bereaksi terhadap ucapan dan tulisan sesuai dengan isi ucapan atau tulisannya.

Melalui lensa mikroskop khusus yang diciptakannya, kita bisa melihat bahwa apa bila kita mengucapkan sesuatu atau menuliskan sesuatu di dekat air maka melalui lensa itu dapat dilihat air tersebut berubah, membentuk gambar sesuai dengan kata atau tulisan yang kita buat. Dan yang menarik adalah hasilnya tetap sama meskipun diucapkan dalam berbagai bahasa.
Apa bila kita mengucapkan terima kasih atau syukur maka air tersebut akan berubah membentuk kristal-kristal kecil yang demikian indahnya seindah kristal yang terbuat dari berlian; sementara apa bila kita ucapkan kata-kata negatif seperti “kamu bodoh!” maka air tersebut dibawah lensa mikroskop akan berubah membentuk gambar yang buruk dan tak beraturan.

Luar Biasa...! Sungguh suatu usaha keras yang tidak sia-sia, meskipun Masaru Emoto memerlukan waktu lebih dari 20 tahun untuk menemukannya. Dan.berkat hasil temuannya ini kini Masaru Emoto telah di undang untuk berbicara ke berbagai negara didunia.
Smart Listner...Ada sesuatu yang penting yang perlu diketahui oleh kita para orang tua tentang fakta-fakta yang berhasil ditemukan oleh Masaru Emoto berhubungan dengan kodrat kita dan anak-anak kita melalui air ini, mari kita simak pemaparannya.

Sesungguhnya apa yang saya temukan itu adalah sebuah keajaiban; sepertinya melalui air Tuhan ingin mengirimkan pesan-pesan tersembunyi kepada kita seluruh manusia.
Bayangkan bahwa kita telah mendapatkan bukti secara ilmiah bahwa air bisa merespon hal-hal yang positif ataupun negatif yang diterimanya; baik melalui kata-kata, tulisan, perlakuan dan pikiran. Jadi jelas-jelas bahwa semua itu; baik ucapan, tulisan, perlakuan dan pikiran akan direspon langsung oleh tubuh kita dan tubuh setiap orang yang menerimanya..
Saya juga telah menemukan fakta bahwa rata-rata 70% tubuh manusia terdiri atas air.
Mari kita lihat lebih dalam lagi; Ketika kita mulai hidup sebagai Janin, 99%nya adalah air, dan pada saat dilahirkan kira-kira 90% dari tubuh kita adalah air, ketika kita mencapai usia dewasa kira-kira 70% dari tubuh kita terdiri dari air sampai menjelang ajal kemungkinan kita masih memiliki 50% kandungan air dalam tubuh. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kita adalah mahluk yang sebagian besar terbuat dari air.

Ketika yang melihat kenyataan ini dan mengaitkan dengan hasil temuan saya; maka saya mulai melihat kaitan dan bukti ilmiah; mengenai bagaimana prilaku seseorang itu bisa terbangun. Dan kini mulai terkuak sudah awal sebuah jawaban dari pertanyaan, mengapa dunia ini memiliki lebih sedikit orang-orang yang berwatak dan berprilaku positif..?, dan semoga temuan saya ini akan bisa membuka pintu hati banyak orang diseluruh dunia.

Smart Listner... sungguh sebuah pemaparan yang luar biasa...., Secara implisit Masaru Emoto ingin mengajak kita untuk mengevaluasi diri apakah selama ini kita lebih banyak mengucapkan dan memikirkan sesuatu yang positif atau sebaliknya, karena pada akhirnya secara kolektif itu akan sangat menentukan komposisi prilaku umat manusia didunia ini.

Secara spesifik; Masaru Emoto juga mengingatkan kepada kita; bahwa berdasarkan komposisi tubuh; pada usia dini, manusia jauh lebih banyak memiliki kandungan air bahkan hingga mencapai 90%. Itu berarti respon anak-anak terhadap ucapan, pikiran dan tindakan negatif yang diterimanya jauh lebih besar mempengaruhi dirinya dalam membangun konsep diri yang positif.
Jadi apabila kita menginginkan anak-anak kita kelak tumbuh menjadi baik dan bahagia, maka selalu penuhilah kehidupannya dengan kasih sayang, cinta dan rasa syukur; karena kristal-kristal air yang paling indah dan sempurna, muncul dari air yang di beri ucapan Sayang, Cinta dan Syukur...... Begitulah pesan yang sangat dalam dan menyentuh dari Masaru Emoto untuk kita para orang tua diseluruh dunia.

Para orang tua yang berbahagia...

Mari kita hentikan segala ucapan dan pikiran negatif pada anak-anak kita, dan mulai hari ini, mari kita didik dan kita besarkan anak-anak kita dengan segenap cinta kasih dan rasa syukur atas segala kelebihan dan kekurangannya.

 KESALAHAN KETIGA
Memberikan pelajaran yang tidak dibtuhkan anak

POTRET PENDIDIKAN AMERIKA SERIKAT YANG DIILUSTRASIKAN OLEH THOMAS AMSTRONG Phd. PADA DEKADE 90-AN

Syahdan di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia.
Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.

Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.

Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam

Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak

Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu;

Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.

Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.

Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam hutan tersebut.
Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat.

Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang kolam.
Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata pelajaran tertentu.

 Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.
Inilah awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.

Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam.

Tupaipun demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.
Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu.

Demikian juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.

Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya; perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.
Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya.... kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..

Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.

Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?

Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya. Atau bahkan untuk sekedar membuat CV yang bagus saja tidak banyak lulusan perguruan tinggi yang mampu melakukannya.

Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya. Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga, malah belakangan ini yang tawuran adalah mahasiswa para calon guru. Mau jadi apa anak-anak muridnya kelak.

 KESALAHAN KEEMPAT
Terlalu dini mengajarkan membaca pada anak

Tujuan apa yang mendasari kita mengajari anak membaca. apakah kita ingin anak kita bisa membaca atau kita ingin anak kita menjadi gemar membaca..? Pertanyaan ini sangat penting, karena jelas sekali bedanya anak yang bisa membaca dengan anak yang suka/gemar membaca.
Kalau tujuan kita hanya agar anak kita bisa membaca, dan biasanya dengan salah satu tujuan lainya adalah untuk di pamerkan pada saudara, kerabat atau tetangga, sungguh ini sayang sekali dan tidak akan memberikan manfaat maksimal bagi anak kita.

Namun kalau tujuan kita adalah agar anak kita suka/gemar membaca maka mungkin jauh lebih bermanfaat bagi mereka kelak. Tapi sayangnya mengajarkan anak membaca diusia yang terlalu dini justru tidak membuat anak menjadi gemar membaca.

Hasil penelitian menjukkan bukti bahwa anak-anak yang diajari baca setelah usia 7-8 tahun justru membaca buku dan menulis jauh lebih banyak daripada anak yang di ajari baca sejak usia 5 tahun.
Kemudian hasil lain adalah bahwa kemampuan baca anak yang di ajari baca sejak usia 5 tahun dengan anak yang di ajari baca di usia 7-8 tahun akan sama kemampuannya pada saat mereka sama-sama berusia 10 tahun. Namun Minat baca anak yang diajari sejak usia lima tahun jauh lebih rendah dibanding anak yang diajari baca di usia 7-8 tahun.

Mengapa hal ini bisa terjadi...? Mari kita simak bersama penjelasannya.....

Otak anak pada usia dini itu bertumbuh sangat pesat, jika kita mengembangkan kemampuan kreatif mereka maka syaraf-syaraf kreatifnyslsh yang akan berkembang sangat pesat. Hal ini di tandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari seorang anak. Namun jika tidak maka rasa ingin tahu atau syaraf-syaraf kreatifnya melemah, sehingga minat/rasa ingintahu anak pada berbagai hal juga melemah.

Oleh karena itu berdasarkan penelitian. Di ketahui bahwa jauh lebih penting mengajarkan anak kreatifitas sehingga syaraf-syaraf kreatifnya bertumbuh sempurna; syaraf kreatif yang tumbuh dgn sempurna ini akan akan membuat anak memiliki rasa ingin tahu yang besar akan berbagai hal, lalu setelah itu baru kemudian anak diajari bagaimana memenuhi rasa ingin tahunya tersebut melalu kemampuan membaca. Sehingga setelah dia bisa membaca maka dia akan gunakan kemampuan bacanya tersebut untuk mengeksplorasi segala informasi dari berbagai bahan bacaan untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut. Begitulah penjelasan Kathy H Passeks, dalam bukunya yang berjudul Even Einstein did not learn a flash Card. atau Einstein ternyata tidak pernah belajar Flash Card.

Dari penjelasan tersebut ternyat di ketahui bahwa mengajari anak membaca di usaia dini justru kontra produktif terhadap pertumbuhan syaraf-syaraf kreatif yang dimilikinya. Sehingga pada saat anak sudah bisa membaca, dia tidak tahu untuk apa kemampuan itu dia gunakan, karena rasa ingin tahunya akan sesuatu tidak ada.

Oleh karena itu jika kita perhatikan pendidikan-pendidikan usia dini yang ada di negara-negara maju pada umumnya sebagian besar aktifitasnya di fokuskan untuk membangkitkan kreatifitas anak melalui berbagai macam permainan dan diskusi; mereka baru diperkenakan baca tulis hitung diusia kira-kira 7 atau 8 tahun.

 Ikhwan fillah rahimakumullah

 Coba perhatikan berapa banyak buku yang sudah kita baca dalam setahun...? apakah menurut anda minat membaca kita saat ini cukup besar...? Jika tidak, mungkin bisa jadi karena kita dulu sejak kecil sudah difokuskan untuk bisa membaca dan bukannya mengembangkan kreatifitas dan rasa ingin tahu kita.

Akan tetapi sekali lagi segalanya terpulang kembali pada masing-masing orang tua. Apakah kita ingin anak kita cepat bisa membaca saja atau kita ingin anak kita menjadi anak yang gemar membaca...

 KESALAHAN KELIMA
Banyak mengancam

 “ Adik jangan naik ke atas meja! Nati jatuh dan tidak ada yang mau menolong!”
“jangan ganggu adik, nanti papa/mama marah!”
 Dari sisi anak pernyataan yang bersifat melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah merupakan ancaman. Terlebih ada tambahan kata “… nanti papa/mama marah.”

Seorang anak adalah makhluk yang paling pandaidalam mempelajari pola orangtuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya memdidik, tapi dapat membelokan atau malah mengendalikan pola orang tuanyahal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata kata, namun setelah itu tidak ada tindak lanjut; atau kita sudah lupa terhadap ancaman yang pernah kita ucapkan.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Kita tidak perlu berteriak teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. Tatap matanya dengan lembut, namun perlihatkan ekspresi kita tidak senang akan tindakannya. Sikap itu juga di tegaskan dengan kata kata,” sayang papa/mama mohon kamu mau meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/mama akan makin sayang sama kamu jika kamu mau meminjamkan mainan ini pada adikmu.” Tidak perlu berteriak teriak atau mengancam. Atau bisa juga kita menyatakan pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, missal “ sayang bila kamu tidak mau meminjamkam mainan ini pada adikmu maka, papa/mama akan menyimpan mainan ini dan kamu berdua tidak bisa bermain. Mainan akan papa/mama keluarkan jika kamu mau meminjamkan mainan itu pada adikmu.” Tepati pernyataan kita dengan tindakan yang nyata.
  
KESALAHAN KEENAM
Keteladanan yang kontradiktif

 Sesungguhnya kedua orang tua  adalah orang pertama yang mempengaruhi  hidup seorang anak bahkan yang memberinya pola karakter dan kebiasaannya.  Seperti ugkapan seorang pujangga arab :
Remaja di kalangan kami akan tumbuh berkembang  selaras dengan kebiasaan yang ditanamkan orang tuanya.

Seorang pemuda tidak dapat berpegang pada agama berdasarkan nalarnya, namun dengan pendidikan beragama, maka dekatkan ia padanya.

 Kalau kedua orang tua memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki catatan kehidupan yang bagus, maka anak anak akan dapat mengadopsi sebagian sifat sifat positif  itu dari mereka. Kalau terjadi kontradiksi, misalnya orang tua memerintahkan sesuatu tetapi ia(orang tua) melakukan kebalikannya. Missal mereka melarang anaknya merokok namun mereka merokok didepan anaknya. Dan banya kejadian dimana apa yang dia pelajari disekolah ternyata di rumah orang tuanya berbuat kebalikan dari yang ia pelajari di sekolah. Misal di sekolah ia di ajari bahwasannya makan itu mengunkan tangan kanan namun dirumah ayahnya makan mengunakan tangan kiri.

 KESALAHAN KETUJUH
Raja yang tak pernah salah

 Suatu anak kita masih kecil dan baru belajar berjalan, tidak jarang mereka menabrak meja atau kursi. Lalu mereka menangis. Umumnya kita akan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan “siapa yang nakal ya? Ini sudah ayah pukul mejanya sudah cup cup…diem ya … akhirna si anak pun terdiam .

Ketika proses terhadap benda benda yang mereka tabrak, sebenarnya kita telah mengajarkan anak kita bahwa ia tidak pernah salah. Yang salah orang lain/benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya setiap ia mengalam suatu peristiwa dan terjadi sesuatu kekeliruan maka yang keliru atau salah adalah orang lain dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut yang pantas diberi peringatan, sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan kesalahan. Dan inilah yang terjadi hari ini.

Lalu apa yang harus kita lakukan ketika anak kita menabrak kursi atau meja tanpa sengaja sehingga ia menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab apa yang terjadi; katakanlah padanya(sambil mengusap bagian yang yang menurutnya sakit): “sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati hati ya jalannya pelan pelan saja dulu ya supaya tidak terbentur lagi.

 KESALAHAN KEDELAPAN
Tidak ada waktu untuk anak

Bobby (nama samaran) adalah seorang Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, seperti biasa ia tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya Bagas, putra pertamanya yang baru duduk di kelas satu SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Papanya., biasanya Bagas memang sudah lelap ketika papanya pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Bagas menjawab, " Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-./hari. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo?" Bagas berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar,sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi.

Ketika Papanya beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Bagas berlari
mengikutinya. "Kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu
jam Papa digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, sekarang kamu sudah pinter menghitunya ya.... Sudah sana, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Papanya.
Tetapi Bagas tak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,
 Bagas kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudahlah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah." "Tapi, Papa..." Kesabaran Papanya habis sudah. "Papa bilang tidur! ya tidur !" hardiknya mengejutkan Bagas.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Papanya nampak menyesali apa yang baru saja dilakukan pada anaknya. Ia pun menengok Bagas di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Bagas didapatinya sedang menangis terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Papanya berkata,
"Maafkan Papa, ya Nak. Papa sayang sekali sama Bagas. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan masih bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun akan Papa kasih."
"Papa, aku nggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini." "Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Bobby lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga
puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi, aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi
karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka dalam setengah
jam aku harus membayar Papa Rp 20.000,-.
"Uang tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Papa".
"Aku hanya ingin sekali bermain bersama papa, setengah jam saja, dan nanti aku janji dech akan bayar Rp.20.000,- untuk waktu papa yang terbuang bermain bersama aku" Boleh ya Pa...?" katanya polos sambil memohon pada papanya.

Sang Papa tiba-tiba terdiam tubuhnya tiba-tiba gemetar dan bibirnya seketika terkunci rapat tidak mampu untuk mengeluarkan sepatah katapun.. Segera ia berlutut lalu di dekapnya bocah kecil itu erat-erat, tak terasa airmatapun menitik dari sudut matanya.
Malam itu sepertinya ia mendapatkan pelajaran yang begitu berharga dari seorang bocah kecil tercintanya akan apa arti cinta kasih yang sesungguhnya.

 KESALAHAN KE SEMBILAN
Menyerahkan pendidikan anak kepada tv.

Suatu ketika ada sebuah Konferensi Pendidikan untuk Para orang tua dan guru yang berlangsung di New York, Hadir pada Konfrensi itu seorang Pembicara yang luar biasa dan paling penduli akan pendidikan anak-anak disana. Pada pembukaan ceramahnya dia bertanya pada para peserta; begini kira-kira; wahai para orang tua dan pendidik siapakah dari anda semua yang marasa menjadi ibu kandung dari anak-anak anda....? hampir seluruh peserta mengangkat tangannya. Lalu si pembicara itu bertanya lagi setelah anak kita mulai bertambah usia siapakah menurut anda orang yang paling banyak berpengaruh membentuk prilakunya...? kemudian forumpun mulai terlihat bingung, tidak banyak yang mengangkat tangan; ada sebagian lagi yang terlihat ragu-ragu dan lebih banyak yang memilih untuk diam.

Yah begitulah nasib anak-anak kita saat ini; hampir bisa dipastikan ibu yang mengandung anak kita adalah kita sendiri; tapi ibu yang telah mendidik anak kita banyak sekali; dan tahukah anda siapakah ibu yang paling besar pengaruhnya dalam mendidik moral anak kita, ibu yang paling konsisten, tidak pernah absen dan selalu hadir tepat watktu; setia menemani hampir 24 jam sehari kapanpun diminta...? Tiba-tiba semua peserta menjadi terdiam; ruangan besar yang berisikan lebih dari 500 orang peserta itu tiba-tiba berubah menjadi sunyi senyap.... Siapakah gerangan ibu itu pikir semua peserta..

Yah....kembali dengan suara menggelegar si pembicara berucap dialah seorang ibu yang bernama Televisi. Kita mungkin tidak bisa konsisten tapi program-program TV selalu konsisten dan hadir tepat waktu, kita mungkin lupa mengkonfirmasikan pada anak kita bahwa hari ini kita akan pulang terlambat, tapi TV tidak pernah lupa untuk mengkonfirmasikan pada anak kita apa bila ada perubahan jam tayang. Kita mungkin pergi sebelum matahari terbit dan tiba setelah matahari terbenam; dan sulit sekali diminta wakktunya untuk menemani anak kita barang 5 menit saja; tapi tidak dengan ibu kedua anak kita yang bernama televisi; dia dengan berbagai macam acaranya selalu setia menemani anak kita; kapanpun diminta.

Jadi janganlah kita kaget bila tiba-tiba prilaku anak kita berubah; kita juga jangan kaget bila tiba-tiba muncul banyak pertanyaan-pertanyaan aneh dari anak kita; dan kita mestinya tidak perlu marah mana kala tiba-tiba anak kita mulai melawan dan berprilaku buruk; ya karena kita telah membiarkan setiap hari anak kita dididik oleh ibu keduanya yang bernama televisi tadi.
Para orang tua yang berbahagia....., Sungguh pidato dari sang pembicara ini begitu menggetarkan hati para peserta seisi ruangan; isi pidato ini telah menyadarkan sebagian besar para pendidik dan orang tua yang hadir pada saat itu, betapa selama ini kita telah melepaskan masa-masa emas pembentukan moral anak kita pada orang lain, pada lingkungan dan pada ibu kedua yang bernama Televisi.

Para orang tua dan guru yang tercinta...., Pidato yang luar biasa ini ternyata telah menginspirasi hampir 40% orang Amerika untuk mengganti Televisi mereka dirumah dengan program-program yang lebih mendidik dan kreatif bagi perkembangan mental anak-anak mereka. Bahkan ada sebagian dari mereka yang memutuskan untuk tidak memiliki televisi dirumah...ya..... The Association of Parent with no TV at Home.

Mari kita resapi dan renungkan dalam-dalam isi pidato dan kisah ini; semoga hal ini juga bisa mengispirasi para orang tua dan pendidik diseluruh tanah air tercinta ini. Akankah masa-masa emas pembentukan moral anak-anak kita, akan kita biarkan dirusak begitu saja oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab......!

 KESALAHAN KESEPULUH
Egois dalam mengambil keputusan

 Tidak diragukan lagi, bahwa seorang ayah adalah penganyom, tulang punggung yang juga penanggung jawab dalam sebuah keluarga. Namun bukan berarti ia boleh secara tunggal mengambil keputusan dengan merampas hak hak angota keluarga yang lain. Cara ini dapat menimbulkan  sikap otoriter di antara anak anaknya sehingga yang dewasa akan bersikap otoriter terhadap adik adiknya sebagaimana mereka juga di kekang oleh ayah mereka dalam berpendapat.

Konon ada seorang pria yang mengajak keluarganya bepergian dengan mobil dalam sebuah liburan. Mereka tidak tahu kemana mereka di bawa oleh ayahnya. Kalau ada yang bertanya maka ayahnya akan menghukum mereka dengan mengajak mereka pulang ke rumah. Dengan demikian mereka tidak menikmati rekreasi yang sudah lama mereka tunggu tunggu. Sementara mereka tidak mengetahui jenis permainan dan hiburan yang akan ditawarkan kepada mereka?

Bukankah akan lebih baik  kalau si ayah berdiskusi terlebih dahulu dengan anak anaknya menyatukan pendapat kemana mereka akan pergi berlibur. Apa ruginya coba? Tapi sanyangnya, kehendak nafsu justru senang mengekang dan memandulkan keinginan orang lain dengan bersikap otoriter terhadap mereka.

Demikian sedikit kesalahan kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Apabila ada salahnya saya mohon maaf. Apa bila ada benarnya itu datangnya dari Allah.



Referensi:
Edy, Ayah.Mengapa Anak Saya Suka Melawan.Jakarta.Grasindo
Edy,Ayah.Mendidik Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho.Jakarta.Tangga Pustaka
Syadi,Dr.’Adil dan Mazid,Dr. Ahmad.(2005). Seni Mencetak Anak Hebat.Riyadh.Mumtaza


Tidak ada komentar:

Posting Komentar